Pembacaan Alkitab:
(13) Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (14) Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. (15) Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (16) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (17) Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” (Yohanes 15:13-17)
Ronald Post, pria berusia 53 tahun yang merupakan seorang narapidana yang telah dijatuhi hukuman mati dengan cara disuntik; telah mendapat pengampunan dari Gubernur Ohio, pada tanggal 18 Desember 2012 yang lalu. Karena tubuhnya yang gemuk dengan berat mencapai 220 kilogram, maka diperkirakan hukuman suntik yang akan diterimanya justru akan menyiksa dia, sebab cairan kimia yang selama ini dipergunakan untuk pelaksanaan hukuman mati dengan cara di suntik; ternyata membutuhkan waktu sekitar 16 jam untuk bereaksi terhadap tubuh manusia yang gemuk dengan bobot berat badan yang melebihi normal. Karena alasan kemanusiaan itulah, maka Gubernur Ohio John Kasich memberikan pengampunan kepada Post, dengan memberikan pengumuman bahwa terpidana mati, Ronald Post tidak jadi dieksekusi. Post yang didakwa atas pembunuhan seorang kasir hotel dalam sebuah peristiwa perampokan bersenjata yang dilakukannya itu, kini dapat dibebaskan karena pengampunan yang ia terima dari gubernur Ohio. Sang gubernur, John Kasich mengatakan: “Terlepas dari perilaku kejamnya atas kejahatan mereka, seorang pelaku kriminal berhak atas pembelaan yang memadai, khususnya dalam sebuah kasus hukuman mati, oleh karena itu, saya memerintahkan dia menghabiskan sisa hidupnya di penjara tanpa ada kemungkinan bisa keluar. Keputusan ini seharusnya tidak dipandang siapa pun sebagai pengampunan kejahatan kejinya atau penderitaan yang disebabkannya,”. Walaupun hanya diperingan dengan hukuman seumur hidup, namun Post tetap bisa menghirup udara kehidupan karena pengampunan yang ia terima dari sang gubernur. Kejahatan yang dilakukan Post menurut hukum yang berlaku di Amerika Serikat sebagai kejahatan yang luar biasa dan patut mendatangkan hukuman, namun ketika berhadapan dengan rasa kemanusiaan, maka Gubernur memberinya pengampunan. Ini terjadi karena walaupun Post tidak melihat seorang kasir hotel yang dibunuhnya itu sebagai manusia, namun dirinya dipandang oleh gubernur sebagai seorang manusia. Kita tidak membicarakan apa yang dilakukan Post, namun kita membericarakan apa yang diterimanya. Pengampunan merupakan sesuatu yang luar biasa karena diberikan ditengah-tengah hukuman mati. Gubernur Kasich memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, baginya Post adalah manusia dan perlu diperlakukan sebagai manusia, itulah sebabnya ia mengambil tindakan yang kontroversi dengan memberikannya pengampunan. Tuhan Yesus pun melakukan hal yang sama. Tuhan yesus berkata: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya, (Yohanes 15:13). Pertanyaannya kini adalah: Berdasarkan Yohanes 15:13-17, siapakah sesungguhnya kita dihadapan Tuhan?
Pertama: Kita adalah sahabat Kristus (ay. 13-14). Ada hal yang luar biasa, yang Tuhan Yesus nyatakan kepada orang percaya, yaitu: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. (Yohanes 15:13-14). Poin penting dalam bagian ini adalah sahabat. Persahabatan memiliki nilai tersendiri karena bagi Kristus, seorang sahabat yang baik adalah “mereka yang bersedia memberikan nyawanya”. Ini merupakan suatu pernyataan yang sulit diwujudkan namun baik untuk didengar. Bayangkan, “menyerahkan nyawa untuk seorang sahabat.” Ketika Tuhan Yesus mengatakan hal tersebut, menjadi menarik untuk dikaji sebab kasih seorang sahabat yang rela berkorban. Persahabatan yang luar biasa ada dalam diri Yesus, karena sebagai seorang sahabat, ia telah memberikan nyawaNya bagi manusia, yang adalah sahabatNya. Sebagai sahabat orang percaya bukan hanya menerima pengorbanan Kristus, yaitu “nyawa-Nya”, melainkan juga siap untuk melakukan perintahNya. Seorang sahabat tidak akan mengkhianati persahabatannya, dan itulah sebabnya Tuhan Yesus meminta kita untuk menjadi sahabat yang baik, dan sahabat yang baik, adalah mereka yang: “berbuat apa yang diperintahkan sahabatnya itu”. Yesus adalah sahabat kita, dan kita adalah sahabatNya, maka perintah sebagai seorang sahabat haruslah ditaati. Dengan demikian, maka ketika pertanyaan ini disampaikan, “Siapakah kita dihadapan Kristus?, maka dengan mudah kita katakan, “Saya adalah sahabat Kristus!”.Hiduplah sebagai seorang sahabat Kristus. Joan Of Arc adalah pejuang wanita Perancis yang pada tanggal 3 Mei tahun 1429, memimpin pasukannya untuk membebaskan kawasan Orleans dari kepungan Inggris. Saat itu, Joan of Arc baru berusia 17 tahun. Ia berusaha keras untuk membantu raja Charles VII guna meraih kembali mahkota kerajaan serta mengusir tentara Inggris dari tanah Perancis. Atas bantuan seorang tentara Perancis, Joan of Arc dipertemukan dengan Charles VII dan diapun akhirnya diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan Perancis. Joan Of Arc menjadi sahabat Charles VII. Dalam suatu kesempatan, Joan dan pasukannya berhasil menyusup ke kawasan Orleans yang dikepung Inggris untuk membawa bantuan perlengkapan militer dan tambahan pasukan untuk tentara Perancis yang sudah terkepung. Setelah berperang selama beberapa hari, pada tanggal 8 Mei, tentara Inggris dipukul mundur dan Orleans berhasil dibebaskan. Pada tanggal 16 Juli 1429, Joan of Arc mendampingi Charles VII ketika menerima penobatan sebagai raja Perancis di Reims. Akibat persengkokolan di istana, Joan of Arc tidak lagi dipercaya memimpin pasukan dalam jumlah besar. Ia dihianati oleh teman-temannya sehingga mendapat perlakukan yang kurang berkenan. Dan ketika sedang memimpin ekspedisi militer untuk mengusir tentara pendudukan dari Perancis, Joan of Arc tertangkap dan diadili, serta dijatuhi hukuman mati. Joan on Arc addalah orang yang biasa dan berasal dari keluarga biasa, namun ia bersahabat dengan raja Charles VII. Persahabatannya dengan sang raja telah membuatnya memiliki rasa hormat dan ia terus dikenang. Sayangnya ada orang yang iri dengannya dan ia celaka. Banyak sahabat yang terlihat baik, namun mereka menjadi penghianat, namun sahabat Yesus adalah tulus dan indah. Tidak ada pengkhianatan. Hingga kini Joan of Arc tetap dianggap sebagai pahlawan nasional Perancis.
Kedua: Kita bukan lagi hamba Kristus (ay. 15). Perhatikanlah dengan baik apa yang dikatakan Tuhan Yesus berikut ini: Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. (Yohanes 15:15). Perkataan Tuhan Yesus bahwa: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, …” memberikan indikasi yang sangat kuat bahwa orang percaya bukanlah manusia kelas rendahan, dan memiliki posisi yang tidak rendah. Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia Sehari hari (BIS), menyatakan: “Kalian tidak lagi Kupanggil hamba … “ (Yohanes 16:15), yang dalam terjemahan Alkitab King James Version (KJV), sangat tegas dalam terjemahannya karena mengatakan: “Henceforth I call you not servants ….” atau “Mulai saat ini aku memanggil Anda bukan hamba …” (John 15:15 KJV), perhatikan kalimat: “mulai hari ini …” ada semacam tekad yang diucapkan Tuhan Yesus tentang status setiap mereka yang percaya kepadaNya. Jika dahulu, mereka dalah hamba, maka mulai hari ini, tidak ada lagi sebutan untuk hal tersebut. Ini merupakan sebuah kenyataan bahwa kita bukan lagi hamba Kristus, melainkan sahabat, sebagaimana dikatakan Yesus, bahwa: “…..tetapi Aku menyebut kamu sahabat, … “ (Yohanes 15:15), atau “… but I have called you friends ...” (John 15;15 KJV). Posisi hamba ada batasannya, dan lebih rendah dari yang lain, namun sahabat merupakan posisi yang setara dimana ada kepercayaan, ada kebersamaan dan sebagainya. Ketika Tuhan Yesus menyebut orang Kristen sebagai sahabat, maka hal itu memberikan kesan yang luar biasa, sebab dilanjutkan dengan perkataan Yesus: “ … karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku (ay. 15), dan pernyataan Yesus ini memberikan sebuah posisi yang luar biasa bagi mereka yang percaya kepadaNya, karena seorang sahabat yang banyak mengerti dan memahami apa yang Yesus katakan, serta tentunya bertanggung jawab dalam kehidupan sebagaimana seorang sahabat Kristus. Dengan demikian, maka ketika pertanyaan ini disampaikan, “Siapakah kita dihadapan Kristus?, maka dengan mudah kita katakan, “Saya adalah sahabat kristus!”. Jadilah sahabat Kristus.
Ketiga: Kita adalah orang pilihan Kristus (ay. 16-17). Tuhan Yesus berkata: Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” (Yohanes 15:16-17). Perhatikanlah kalimat: “… tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah… “ (ay. 16), yang dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari hari (BIS), dikatakan: “…Akulah yang memilih kalian, dan menyuruh kalian pergi untuk berbuah banyak ….” (Yohanes 15:16 BIS). Jadi menjadi orang percaya bukanlah pilihan kita, melainkan pilihan Kristus. Itulah sebabnya semua merupakan anugerah Allah yang dinyatakan dalam kehidupan setiap orang percaya. Bukan karena kepintaran, kegagahan, kekayaan ataupun hal-hal lain yang patut dibanggakan, melainkan sebuah anugerah karena panggilan yang Tuhan berikan, yaitu: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. …. “ (ay. 16). Itulah sebabnya, karena kita dipilih oleh Tuhan sendiri, maka ada tugas yang harus dikerjakan sebagai kaum pilihan Tuhan, yaitu: “…. supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,….” (ay. 16). Jadi sebagai orang pilihan Allah, seorang Kristen tidak bisa bermegah diri dalam kehidupannya sendiri, tanpa adanya sebuah kesaksian hidup yang nyata. Orang Kristen adalah orang pilihan Allah dan sebagai kaum pilihanNya, kita harus berbuah!. Inilah yang dikehendaki Tuhan bagi setiap mereka yang percaya kepadaNya. Dengan demikian, maka ketika pertanyaan ini disampaikan, “Siapakah kita dihadapan Kristus?, maka dengan mudah kita katakan, “Saya adalah orang pilihan Kristus!”. Hiduplah sebagai manusia pilihan Kristus. Niccolo Machiavelli lahir pada tahun 1467 dan ia dikenal sebagai salah satu bapak teori politik modern, karena analisisnya mengenai perilaku pemimpin politik masih dipakai hingga kini. Machiavelli sudah terjun ke gelanggang politik di kota kelahirannya di Florence pada usia 29 tahun. Sebagai Menteri Pertahanan, Machiavelli menerapkan kebijakan-kebijakan yang memperkuat posisi Florence secara politik. Ketika itu Italia masih terpecah dalam beberapa kerajaan atau wilayah feodal. Dia menunjukkan keahlian dalam berdiplomasi saat bertemu dengan sejumlah pemimpin, seperti Raja Louis XII dari Prancis, Kaisar Roma Maximilian I, dan Pangeran Cesar Borgia dari Negara-negara Kepausan. Perilaku Borgia mengundang inspirasi bagi Machiavelli untuk menulis buku “The Prince” pada 1532. Buku itu menuangkan pemikiran-pemikiran cemerlang Machiavelli mengenai perilaku pemimpin dan gaya politik yang realis. Dalam The Prince, Machiavelli mengungkapkan kesamaan tujuan yang dicapai para pemimpin politik di Eropa waktu itu. Mereka sama-sama berambisi mencapai kejayaan, atau sekadar mempertahankan rezimnya dan bisa membenarkan penggunaan cara-cara yang amoral untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Analisis Machiavelli ini sampai sekarang menjadi salah satu teori utama dalam studi politik, hukum dan hubungan internasional dalam menjelaskan perilaku atau sistem politik suatu rezim. Pemikiran ini populer disebut Machiavellianisme. Lalu muncul pula istilah “Machiavellian,” yang digunakan untuk menggambarkan aksi yang diambil untuk mencapai tujuan di gelanggang politik, entah itu dengan cara yang benar atau salah. Oleh banyak politikus dunia, pemikirannya menjadi pilihan utama, dan bahkan orang lebih memilih dia ketimbang pakar lainnya. Di berbagai tempat dan kalangan, Niccolo Machiavelli, menjadi pilihan banyak politikus karena pemikirannya. Dan jika ditanya tentang nama ini semua orang akan mengatakan mengenalnya. Machiavelli telah menjadi orang pilihan dari banyak politikus dunia. Orang Kristen pun adalah orang pilihan Yesus. Dengan demikian, maka berdasarkan Yohanes 15:13-17, siapakah sesungguhnya kita dihadapan Tuhan?
Pertama: Kita adalah sahabat Kristus, Kedua: Kita bukan lagi hamba Kristus, dan Ketiga: Kita adalah orang pilihan Kristus. Inilah status kita dihadapan Tuhan, dan biarlah semua orang mengetahuinya dan tentunya kita harus memberikan bukti dari kehidupan yang bertanggung jawab dihadapan Tuhan dan juga masyarakat. Tuhan memberkati.
sumber:gkkideiverbum.wordpress.com/2015/01/31/siapakah-kita-di-hadapan-tuhan-yohanes-1513-17/
Komentar
Posting Komentar